Sabtu, 20 April 2013

CONTOH ARTIKEL ILMIAH



Kajian Deiksis pada artikel “Ziyad Books Awalnya Bermodal Nekat” Majalah Hadila
Edisi 31 Januari 2010

ABSTRAK

Analisis deiksis pada artikel ini bertujuan untuk mengetahui hakikat deiksis, jenis-jenis deiksis, dan penggunaan deiksis di dalam artikel tersebut. Deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Jenis-jenis deiksis adalah deiksis persona, waktu, tempat, wacana, sosial, dan penunjuk. Deiksis wacana mengacu pada perujukan anafora dan katafora. Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk atau konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Perujukan dapat pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian. Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora. Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kita akan mengetahui penggunaan deiksis pada artikel ini sehingga kita akan lebih mengerti hakikat deiksis.
Kata Kunci: deiksis, persona, tempat, waktu, wacana, sosial, penunjuk, anafora, katafora.
                                                                                                                   
1.        Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya untuk dapat menjalani hidup dengan normal. Sejak lahir dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, yaitu komunikasi satu arah (pada saat bayi hanya mendengarkan orangtua berbicara). Dalam perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memeroleh bahasa setahap demi setahap dan mulai berkomunikasi dua arah. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial yang terdapat norma-norma berperilaku. Norma-norma atau rambu-rambu ini diperlukan karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi anak tidak hanya terbatas pada pemakaian bahasa (language usage), tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik.
Dalam pandangan komplementarisme disebutkan bahwa semantik dan pragmatik merupakan dua kajian bidang yang komplementer (saling melengkapi), keduanya sama-sama mengkaji makna bahasa. Bedanya, jika semantik mengkaji makna bahasa dalam konteks lingusitik (mikrolinguistik), maka pragmatik mengkaji makna bahasa di atas linguistik (makrolinguistik). Sebuah ilustrasi, suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik. Pada artikel berjudul ini, penulis akan membahasnya sehingga pembaca akan lebih mudah memahami ihwal mengenai deiksis.
Dari latar belakang yang di sampaikan di atas, ada beberapa permasalah yang disampaikan yaitu: (1) Apakah deiksis itu?, (2) Apa sajakah jenis-jenis deiksis?, (3) Bagaimanakah deiksis yang digunakan dalam artikel berjudul “Ziyad Books Awalnya Bermodal Nekat”?
Dari rumusan di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah (1) untuk mengetahui pengertian deiksis, (2) untuk mengetahui jenis-jenis deiksis, (3) untuk mengetahui penggunaan deiksis pada artikel berjudul “Ziyad Books Awalnya Bermodal Nekat”.